dari Tribun Jabar, Kamis 29 januari 2009
Tim Gabungan Umumkan Penyebab Kramat Djati Terjun ke Jurang
Usia Bus Sudah 20 Tahun, Rem Tidak Berfungsi
Garut, Tribun. Penyebab bus Kramat Djati jurusan Bandung-Wonogiri yang terjun ke jurang pada Senin (25/1) akhirnya berhasil diungkap. Hasil olah fisik mesin kendaraan oleh tim gabungan terdiri kepolisian dengan tim agen tunggal pemegang merk (ATPM) Rabu (28/1), menyimpulkan factor human error bukan sebagai penyebab kecelakaan, melainkan factor kondisi kendaraan yang tidak laik jalan.
Hal ini ditandaskan Kapolres Garut AKBP Rusdi Hartono kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin. Rusdi didampingi tim ATPM dari Mercedes-Benz Indonesia (MBI) menerangkan, ada beberapa catatan penting yang berhasil diungkap tim dalam hasil olah mesin kendaraan di tempat kejadian perkara (TKP).
Bukti pertama yang menjadi awal penyebab adalah kondisi di lapangan di mana di ruas jalan wilayah sekitar TKP tidak ada penerangan sama sekali alias gela. Di sana, tutur Rusdi tidak ada rambu-rambu lalu lintas yang memadai. “juga tidak ada guardrail (pembatas jalan Red) yang memisahkan bahu jalan dengan jurang”, tuturnya.
Rusdi juga mengatakan, pihaknya sudah memintai keterangan dari tiga orang saksi yaitu: Sutardi, Sugianto dan Dedi Setiabudi. Saat peristiwa terjadi, tutur Rusdi, saksi Sutardi duduk pada kursi nomor 20. Dalam kesaksiannya kepada polisi, Sutardi mengatakan, saat berada di Rumah Makan Jakarta di kawasan Karanganyar, bus itu sempat berhenti untuk dilakukan perbaikan persenelling. Saat itu saksi Sutardi melihat kendaraan itu ditambah oli.
Rusdi menambahkan, keterangan saksi kedua, Sugianto yang duduk di kursi nomor 3 tidak jauh berbeda dengan keterangan saksi pertama. Sugianto mengatakan dirinya memang memelihat ada kegiatan penambahan oli di rumah makan Jakarta saat itu. Ditambahkan Sugianto, beberapa kali kendaraan mengalam mati mesin tapi masih bida dihidupkan kembali.
Saksi ketiga, Dedi Setiabudi duduk pada kursi kernet. Menurut Dedi, supir tidak ada dalam keadaan mengantuk saat menyetir.
Rusdi lalu melanjutkan keterangannya, bukti lain pemeriksaan tim Mercedes-Benz Indonesia yang terdiri dari 4 orang menyebutkan, diantaranya bus tersebut berusia cukup tua yakni lebih dari 20 tahun. “Ternyata bus itu buatan tahun 1988”, kata Rusdi menyebutkan temuan ATPM MBI.
Selain itu, tim juga menemukan jika oli transmisi bus berada dalam keadaan kering. Akibatnya, kata Rusdi, hal itu menyebabkan sulitnya pergantian gigi kendaraan.
Temuan tim MBI yang dilakukan sejak pukul 11.00 berikutnya adalah silinder kombinasi, yang berhubungan dengan rem kaki ternyata tidak berfungsi maksimal. Begitu pun dari hasil temuan didapati jika tromol rem ternyata sudah aus sehingga rem bus tidak bias berfungsi serta ditambah kondisi ban kendaraan yang sudah tidak layak pakai.
“ini hal-hal yang bias kita temukan sehingga kami menyimpulkan penyebabnya (kecelakaan) bukan karena kelalaian supir tapi dari kondisi kendaraan yang tidak laik untuk dipakai”, terang Rusdi.
Heri Mardiyanto, perwakilan MBI menyebutkan, dilihat dari kondisi kendaraan tersebut ternyata ada bagian-bagian kendaraan yang memang tidak diganti meski sudah rusak atau aus. Heri menandaskan pihaknya tidak menyebutkan jika kendaraan tersebut jarang dirawat atau diservis. “Mungkin saja servis dilakukan tapi tromol tidak diganti”, katanya singkat
Heri juga tidak mau berkomentar saat ditanya factor usia mempengaruhi usia kendaraan. Hanya saja, menurutnya semua itu tergantung dari perawatan PO masing-masing.
Sulitnya proses evakuasi mebuat petugas terpaksa membelah sebagian badan bus menjadi dua. Menurut Kasatlantas Polre Garut, AKP Encun Carmana, proses pemotongan rangka atap bus ini dimaksudkan untuk meringankan beban bus. “Sehingga proses evakuasi bisa lebih mudah dilakukan”, kata Encun. (set)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar