Selasa, 17 Maret 2009

roda

Roda

Mungkin pernah merasakan repotnya perjalanan kalau mengalami gangguan pada system roda, karena pengalaman sering apes gara-gara lupa ngecek ban sehingga perjalan menjadi lebih lama dan mengganggu kenyamanan penumpang. Kendaraan yang didesain dan diproduksi missal oleh pabrikan tentunya telah diperhitungkan dengan baik segala komponen nya, termasuk system roda (ban dan velg). Modifikasi untuk merubah penampilan menjadi lebih baik, sah2 saja selama masih mengindahkan keselamatan dan tidak membebani mesin sehingga malah boros bahan bakar, seperti mengganti ban terlalu besar. Dalam penulisan kali ini lebih difokuskan pada penggunaan ban di kendaraan niaga (commercial vehicle), intinya sama saja dengan kendaraan penumpang (passanger car) seperti sedan dll.

Ban menjadi sangat penting peranannya pada keselematan berkendara, sehingga beberapa badan mengeluarkan standar yang intinya setiap produk yang dihasilkan harus memenuhi standar keamanan tertentu. Pada beberapa kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh ban, karena ban pecah karena tekanannya terlalu tinggi (over inflation) ditambah aspal yang panas sehingga tambah memuai tekanannya. Tekanan yang tidak sesuai selain membahayakan juga mengakibatkan ban cepat haus, secara visual, jika ban tersebut diisi berlebihan maka sisi tengahnya akan cepat haus, sedangkan bila kurang tekanannya (under inflation)maka sisi luar yang akan cepat haus. Rekomendasi dari pabrik ban adalah 8.5 bar atau 125 psi untuk ban kendaraan komersial. Lihat table 1 untuk tekanan sesuai dengan pembebanan

faktor-faktor keausan ban

1. Tekanan angin

Tekanan angin yang tepat, selain juga menghemat bahan bakar, juga menambah umur pakai ban itu sendiri.

2. Beban yang dibawa

3. Pengoperasian Stop/Go

4. Trailer Axes


Pemilihan ban

Beberapa tahun yang lalu, pengelompokan kapasitas beban ban direpresentasikan dengan PR (Ply Rates) semakin tinggi nilainya semakin kuat kemampuan ban tersebut mengangkut beban. Tetapi standard sekarang berbeda dengan ikut mencantumkan LI (Load Index)dan SI (Speed Index).

Gambar 1. Load Index

Gambar 2. Speed Index

Tanda LI dan SI harus dicantumkan, sesuai dengan regulasi ECE (Economic Commission for European) no 53, tgl 1 Januari 1993 yang menyebutkan bahwa setiap ban pneumatic (udara tekan) yang dipergunakan di jalan raya dengan kecepatan diatas 80kpj harus mencantumkan label SI dan LI single per dual dengan mencantumkan pula batasan maksimum (dilingkari).

Tanggal Pembuatan Ban

Di negara bermusim dingin, sangat perlu diperhatikan tanggal pembuatan ban tersebut untuk menghindari adanya kekurangan kualitas ban (getas, pecah rambut dll). Ada baiknya kita juga mengetahui standard (DOT) nya. Contoh bila ban tersebut pembuatan tahun 1990-an=

DOT XXXX XXXX 089, yang perlu diperhatikan hanya 3 digit di belakang, 08 berarti minggu ke 8 di tahun 1999. Sedangkan untuk produksi tahun 2000 an: DOT XXXX XXXX 0205, yang perlu diperhatikan 4 digit terakhir, 02 berarti minggu ke 2 pada tahun 2005.

Gambar 3. (Courtesy of Continental Commercial Tyres)

1. 315, lebar ban dalam mm

80, aspect ratio (tinggi ban dengan lebar ban, 80%)

R, konstruksi radial

22.5, wheel rim perimeter (code) in inch

2. Deskripsi servis

154 = indeks beban untuk pemasangan single

150 = indeks beban untuk pemasangan double

L = speed rating (maks 120 kpj)

3. TWI = Tread Wear Indicator (Indikator keausan telapak ban)

4. Pembebanan yang direkomendasikan (kilogram)

Perimeter

Ukuran Ban

Load Index

Single/ Dual

bar

6.00

6.50

7

7.5

8

8.5

20

900R20

141/138

S

4300

4580

4860

5150

D

7905

8430

8945

9440

1000R20

148/145

S

5335

5660

5985

6300

D

9825

10425

11015

11600

11000R20

150/146

S

5535

5875

6210

6535

6700

D

9915

10520

11120

11710

12000

22.5

11R22.5

151/148

S

5220

5675

6020

6245

6575

6900

D

9535

10165

10785

11400

12005

12600

Tabel 1.

Pada umumnya ban bias (tube type) menggunakan perimeter 20, sedangkan ban radial tubeless menggunakan perimeter 22.5.

5. Regroveable, dapat divulkanisir ulang

6. Tubeless/tube type

7. E = ban ini memenuhi standard ECE–R54

4 = kode Negara dimana ketentuan ini disahkan (dalam kasus ini Belanda)

8. Tekanan maksimum dalam psi (1 bar=14.5 psi), 8a= Load range

9. Kontruksi kerangka atau berapa lembar plies. Telapak = dibawah telapak ban terdapat lima lembar anyaman baja (termasuk carcass). Bagian samping terdapat selembar anyaman baja (carcass)

10. DOT=US Department of Transportation

Regroovable

Regroovable atau dalam bahasa sehari-hari disebut vulkanisir. Pada beberapa jenis ban, dirancang untuk dapat diregroove. Dalam desain ban masa kini yang memiliki sabuk baja, terdapat tread cadangan antara telapak terluar. Tread cadangan ini sengaja dibentuk supaya kerikil tajam, atau benda tajam lain tidak merobek telapak ban. Seiring dengan lamanya pemakain, sehngga lapisan luar makin terkikis. Hal ini bisa dibuat lembaran baru dan diukir kembali sesuai dengan kembangannya dengan menyisakan 2mm di bawah tread cadangan. Walaupun ban dapat diregroove, tapi hal ini sangat tidak dianjurkan dengan alasan keamanan. Waktu yang tepat untuk regroove adalah ketika ban sudah terkikis 3 mm. Proses pengerjaan ini harus dilakukan oleh yang ahli, untuk menghindari kerusakan ban yang lebih parah. Ban yang telah diregroove tidak boleh dipasang di depan.

Gambar 4. Regroovable tyres

Rims atau velg

Velg adalah bagian yang memperkuat ban. Terdapat dua jenis velg sesuai peruntukkan ban, yaitu velg untuk tubeless dan velg ban bias. Velg tubeless hanya terdiri satu bagian saja, sedangkan pada velg ban bias di kendaraan niaga terdapat dua bagian, velg dan ring flange.


Gambar 5. Velg

Beberapa tips agar ban anda awet.

1. Periksa selalu tekanan ban anda

2. Gunakan ban sesuai dengan peruntukannya

3. Buanglah benda-benda yang terselip di sela-sela alir air/kembang ban

4. Hindari melewati tempat yang banyak mengandung partikel tajam, seperti pecahan kaca, batu cadas, kayu tajam dll

5. Mengemudilah dengan wajar dan aman, hindari akselerasi tiba-tiba, rem mendadak dan menikung dengan tajam.

6. Jika terjadi kelainan terhadap ban-ban anda sehingga mempengaruhi pengendalian , segera periksa. Jika tidak ditemui adanya gangguan, berjalanlah perlahan dan segera ke bengkel ban terdekat

7. Hindari pemakaian ban jika:

- TWI menunjukkan ban menipis

- Ada serabut yang keluar

- Jika sabuk baja terlihat keluar

8. Gunakan ban yang semerk, jika tidak gunakan yang tipe dan ukurannya sama.

9. Jangan pasan ban pada velg hancur

10. Jangan menggabung dua ban berbeda; seperti ban radial dengan ban bias.

Sumber : Continental, Yokohama dan koleksi pribadi

Sabtu, 31 Januari 2009

Penyebab Laka Bus Kramat Djati

dari Tribun Jabar, Kamis 29 januari 2009

Tim Gabungan Umumkan Penyebab Kramat Djati Terjun ke Jurang

Usia Bus Sudah 20 Tahun, Rem Tidak Berfungsi

Garut, Tribun. Penyebab bus Kramat Djati jurusan Bandung-Wonogiri yang terjun ke jurang pada Senin (25/1) akhirnya berhasil diungkap. Hasil olah fisik mesin kendaraan oleh tim gabungan terdiri kepolisian dengan tim agen tunggal pemegang merk (ATPM) Rabu (28/1), menyimpulkan factor human error bukan sebagai penyebab kecelakaan, melainkan factor kondisi kendaraan yang tidak laik jalan.

Hal ini ditandaskan Kapolres Garut AKBP Rusdi Hartono kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin. Rusdi didampingi tim ATPM dari Mercedes-Benz Indonesia (MBI) menerangkan, ada beberapa catatan penting yang berhasil diungkap tim dalam hasil olah mesin kendaraan di tempat kejadian perkara (TKP).

Bukti pertama yang menjadi awal penyebab adalah kondisi di lapangan di mana di ruas jalan wilayah sekitar TKP tidak ada penerangan sama sekali alias gela. Di sana, tutur Rusdi tidak ada rambu-rambu lalu lintas yang memadai. “juga tidak ada guardrail (pembatas jalan Red) yang memisahkan bahu jalan dengan jurang”, tuturnya.

Rusdi juga mengatakan, pihaknya sudah memintai keterangan dari tiga orang saksi yaitu: Sutardi, Sugianto dan Dedi Setiabudi. Saat peristiwa terjadi, tutur Rusdi, saksi Sutardi duduk pada kursi nomor 20. Dalam kesaksiannya kepada polisi, Sutardi mengatakan, saat berada di Rumah Makan Jakarta di kawasan Karanganyar, bus itu sempat berhenti untuk dilakukan perbaikan persenelling. Saat itu saksi Sutardi melihat kendaraan itu ditambah oli.

Rusdi menambahkan, keterangan saksi kedua, Sugianto yang duduk di kursi nomor 3 tidak jauh berbeda dengan keterangan saksi pertama. Sugianto mengatakan dirinya memang memelihat ada kegiatan penambahan oli di rumah makan Jakarta saat itu. Ditambahkan Sugianto, beberapa kali kendaraan mengalam mati mesin tapi masih bida dihidupkan kembali.

Saksi ketiga, Dedi Setiabudi duduk pada kursi kernet. Menurut Dedi, supir tidak ada dalam keadaan mengantuk saat menyetir.

Rusdi lalu melanjutkan keterangannya, bukti lain pemeriksaan tim Mercedes-Benz Indonesia yang terdiri dari 4 orang menyebutkan, diantaranya bus tersebut berusia cukup tua yakni lebih dari 20 tahun. “Ternyata bus itu buatan tahun 1988”, kata Rusdi menyebutkan temuan ATPM MBI.

Selain itu, tim juga menemukan jika oli transmisi bus berada dalam keadaan kering. Akibatnya, kata Rusdi, hal itu menyebabkan sulitnya pergantian gigi kendaraan.

Temuan tim MBI yang dilakukan sejak pukul 11.00 berikutnya adalah silinder kombinasi, yang berhubungan dengan rem kaki ternyata tidak berfungsi maksimal. Begitu pun dari hasil temuan didapati jika tromol rem ternyata sudah aus sehingga rem bus tidak bias berfungsi serta ditambah kondisi ban kendaraan yang sudah tidak layak pakai.

“ini hal-hal yang bias kita temukan sehingga kami menyimpulkan penyebabnya (kecelakaan) bukan karena kelalaian supir tapi dari kondisi kendaraan yang tidak laik untuk dipakai”, terang Rusdi.

Heri Mardiyanto, perwakilan MBI menyebutkan, dilihat dari kondisi kendaraan tersebut ternyata ada bagian-bagian kendaraan yang memang tidak diganti meski sudah rusak atau aus. Heri menandaskan pihaknya tidak menyebutkan jika kendaraan tersebut jarang dirawat atau diservis. “Mungkin saja servis dilakukan tapi tromol tidak diganti”, katanya singkat

Heri juga tidak mau berkomentar saat ditanya factor usia mempengaruhi usia kendaraan. Hanya saja, menurutnya semua itu tergantung dari perawatan PO masing-masing.

Sulitnya proses evakuasi mebuat petugas terpaksa membelah sebagian badan bus menjadi dua. Menurut Kasatlantas Polre Garut, AKP Encun Carmana, proses pemotongan rangka atap bus ini dimaksudkan untuk meringankan beban bus. “Sehingga proses evakuasi bisa lebih mudah dilakukan”, kata Encun. (set)